Supernova adalah ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi lebih banyak dari nova. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang. Bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat cemerlang dan bahkan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta kali cahaya bintang tersebut semula, beberapa minggu atau bulan sebelum suatu bintang mengalami supernova bintang tersebut akan melepaskan energi setara dengan energi matahari yang dilepaskan matahari seumur hidupnya, ledakan ini meruntuhkan sebagian besar material bintang pada kecepatan 30.000 km/s (10% kecepatan cahaya) dan melepaskan gelombang kejut yang mampu memusnahkan medium antarbintang.
Ada beberapa jenis Supernova. Tipe I dan II bisa dipicu dengan satu dari dua cara, baik menghentikan atau mengaktifkan produksi energi melalui fusi nuklir. Setelah inti bintang yang sudah tua berhenti menghasilkan energi, maka bintang tersebut akan mengalami keruntuhan gravitasi secara tiba-tiba menjadilubang hitam atau bintang neutron, dan melepaskan energi potensial gravitasi yang memanaskan dan menghancurkan lapisan terluar bintang.
Rata-rata supernova terjadi setiap 50 tahun sekali di galaksi seukuran galaksi Bima Sakti. Supernova memiliki peran dalam memperkaya medium antarbintang dengan elemen-elemen massa yang lebih besar. Selanjutnya gelombang kejut dari ledakan supernova mampu membentuk formasi bintang baru.
Misteri Supernova Ratusan Tahun Lalu Yang Terungkap
LONDON - Astronom mengungkap misteri ledakan bintang yang terjadi ratusan tahun lalu. Astronom meyakini bahwa terjadi fase ledakan berulang secara stabil, ketimbang satu ledakan besar tunggal yang menghancurkan tubuh bintang secara keseluruhan.
Dilansir Nbcnews, Minggu (3/2/2013), penelitian ini bermula dari ledakan bintang yang dilaporkan terjadi di 1866. Ketika itu, astronom asal Inggris John Herschel mengumumkan bahwa ia melihat sinar cerah di lokasi serupa, yang terjadi di 24 tahun lalu.
Klaim Herschel lantas ditentang. Beberapa kalangan mengatakan bahwa Herschel hanya melihat satu bintang yang cukup umum di 1842. Kini, peneliti mempertanyakan apakah bintang tersebut meledak secara berulang atau hancur dalam satu ledakan tunggal.
Untuk mengungkap misteri 150 tahun lalu tersebut, peneliti Bradley Schaefer dari Louisiana State University mempelajari dokumentasi yang diterbitkan di Royal Society Inggris, di mana Herschel menuliskan temuannya. Schaefer menemukan bahwa dokumen itu mengungkap apa yang diobservasi oleh Herschel bukanlah nova (ledakan nuklir cataclysmic) T Coronae Borealis (T CrB), tetapi bintang lain dengan kode nama BD+25°3020.
Astronom meyakini bahwa terjadi fase ledakan berulang, di mana terdapat bintang kurcaci putih yang menarik materi dari bintang pendampingnya. Kemudian, bintang tersebut menyala ketika material telah cukup dan jatuh ke permukaan mereka.
Bagi astronom, mempelajari bagaimana T Coronae Borealis (T CrB) ini meledak adalah penting untuk memahami objek yang akhirnya bisa berkembang menjadi supernova Tipe 1a. Di 1866, ledakan nova ini belum mampu dipahami dengan baik.
Dilansir Nbcnews, Minggu (3/2/2013), penelitian ini bermula dari ledakan bintang yang dilaporkan terjadi di 1866. Ketika itu, astronom asal Inggris John Herschel mengumumkan bahwa ia melihat sinar cerah di lokasi serupa, yang terjadi di 24 tahun lalu.
Klaim Herschel lantas ditentang. Beberapa kalangan mengatakan bahwa Herschel hanya melihat satu bintang yang cukup umum di 1842. Kini, peneliti mempertanyakan apakah bintang tersebut meledak secara berulang atau hancur dalam satu ledakan tunggal.
Untuk mengungkap misteri 150 tahun lalu tersebut, peneliti Bradley Schaefer dari Louisiana State University mempelajari dokumentasi yang diterbitkan di Royal Society Inggris, di mana Herschel menuliskan temuannya. Schaefer menemukan bahwa dokumen itu mengungkap apa yang diobservasi oleh Herschel bukanlah nova (ledakan nuklir cataclysmic) T Coronae Borealis (T CrB), tetapi bintang lain dengan kode nama BD+25°3020.
Astronom meyakini bahwa terjadi fase ledakan berulang, di mana terdapat bintang kurcaci putih yang menarik materi dari bintang pendampingnya. Kemudian, bintang tersebut menyala ketika material telah cukup dan jatuh ke permukaan mereka.
Bagi astronom, mempelajari bagaimana T Coronae Borealis (T CrB) ini meledak adalah penting untuk memahami objek yang akhirnya bisa berkembang menjadi supernova Tipe 1a. Di 1866, ledakan nova ini belum mampu dipahami dengan baik.