Fenomena Bayi Batu di Dalam Kandungan




Kita pernah mendengar cerita rakyat, salah satunya yaitu malin kundang. Malin Kundang adalah carita rakyat dari sumatra barat. Cerita ini mengisahkan tentang seseorang yang dikutuk menjadi batu karna durhaka. Hingga sekarang batu yang di katakan sebagai Malin Kundang itu masih ada. Namun, itu hanyalah sebuah legenda masyarakat yang tidak dapat di pastikan kebenaranya dan hanya di ceritakan turun menurun dari nenek moyang kita. Tetapi taukah anda ternyata kejadian yang serupa dengan Malin Kundang yaitu menjadi batu ada di dunia nyata terutama pada dunia kedokteran.

Pada dunia kedokteran ada istilah litopedion, yaitu berubahnya janin dalam kandungan menjadi batu. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter yang bernama albacusias pada abad ke-10. Litopedion pertama yang pernah ada ditemukan di sebuah penggalian arkeologi yang menurut para ilmuan terbentuk pada 1.100 SM (Sebelum Masehi).

Fenomena langka terjadi ketika janin meninggal dunia saat sang ibu mengalami
kehamilan abdominal. Tidak ada jalan keluar karena karena posisi bayi di dalam rongga perut. Bayi terlalu besar untuk diserap kembali oleh tubuh, sehingga mengalami klasifikasi di bagian luarnya dan melindungi tubuh ibu dari jaringan bayi yang sudah mati. Kalsifikasi atau pembatuan tersebut mencegah terjadinya infeksi. Litopedion terjadi sejak usia kehamilan 14 minggu sampai cukup bulan (full term). 

Sudah biasa jika bayi batu baru ditemukan sekian puluh tahun kemudian. Umumnya ketika pasien memeriksakan diri karena alasan lain atau pemeriksaan tersebut melibatkan sinar-X, barulah bayi batu tersebut ditemukan. Kasus litopedion tertua sejauh ini adalah seorang wanita berusia 94 tahun yang mengangkut litopedion selama 60 tahun.